Jumat, 06 Mei 2011

kaharudin: kahar.com

Sabunadalah garamkaliumatau natriumdari asam-asamorganik, seperti asamstearat, natriumpalmitat. Detergendibuatdari bahanLAS atau ABS yang direaksikandengan basa, yaitunatriumhidroksida.

Sabunadalah garamalkali karboksilat.

Molekulsabunlebihmudahterdegradasioleh bakteripengurai.

Tidak bisadipakaiuntuk mencucidalamair sadah, karenasabunakanbereaksidengan

Sabunadalah garamalkali karboksilat.

Molekulsabunlebihmudahterdegradasioleh bakteripengurai.

Tidak bisadipakaiuntuk mencucidalamair sadah, karenasabunakanbereaksidengan ion Ca2+ dan Mg2+

Detergen

detergenadalah garamalkali alkilsulfatatau sulfoniat.

Molekuldetergenharganyalebihmurahdan sukarterdegradasioleh bakteripengurai.

Molekuldetergentidak bereaksidengan ion Ca2+ dan ion Mg2+

Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air. Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak. Asam lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6).

KIMIA


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II
PERCOBAAN IV
ELEKTROLISIS KI


NAMA                                   : KAHARUDIN
STAMBUK                           : A1C1 10 108
KELOMPOK                        : VII
PROGRAM STUDI             : PENDIDIKANMATEMATIKA
JURUSAN                             : PENDIDIKAN MIPA
ASISTEN PEMBIMBING  :


LABORATORIUM UNIT KIMIA
UPT LABORATORIUM DASAR PUSAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
ELEKTROLISIS KI

A.     TUJUAN PERCOBAAN
         Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini yaitu agar praktikan dapat mempelajari terjadinya rekasi kimia oleh arus listrik.

B.     KAJIAN TEORI
            Proses dimana reaksi redoks yang tidak bisa berlangsing spontan, disebut elektrolisis. Banyaknya perubahan kimia yang dihasilkan oleh arus listrik berbanding lurus dengan kuantitas listrik yang lewat. Fakta ini ditemukan oleh Michael Faraday dalam tahun 1834 sebelum sifat electron dari arus listrik diketahui (Keenan, 1984:54).
         Sebuah sel elektrokimia yang beroperasi secara spontan disebut sel galvanic (atau sel volta). Sel seperti ini mengubah energi kimia menjadi energi listrik, yang dapat digunakan untuk melakukan kerja. Sebuah sel di mana potensial luar yang berlawanan menyebabkan reaksi berlangsung dalam arah berlawanan secara spontan disebut sel elektrolisis; sel seperti ini digunakan ergi listrik yang dihasilkan oleh rangkaian luar untuk melakuakn reaksi kimia yang sebetulnya tidak dapat berlangsung. Jika sebuah sel diubah menjadi sebuah sel elektrolisis dengan penambahan sumber potensial luar yang berlwanan arah dengan aliran electron, juga terdapat sebuah pembalikan pada sisi anoda dam katoda. Dalam sel elektrolisis, oksidasi berlangsung di elektroda pearak, yang karenanya menjadi anoda dan elektroda tembaga ,menjad katoda (Oxtoby, 2001 368)
         Reaksi kimia yang dihasilkan jika arus listrik melewati lelehan senyawa ion atau larutan elektrolit disebut elektrolisis. Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dinamakan larutan elektrolit, sel yang dapat melakukan elektrolisis disebut el elektrolisis. Sel elektrolisis memiliki tiga ciri utama, yaitu sebagai berikut.
a.       Larutan elektrolit yang mengandung ion bebas. Ion-ion ini dapat memberikan atau menerima elektron sehingga elektron dapat mengalir melalui larutan.
b.      Ada dua elektroda dalam sel elektrolisis
c.       Ada sumber arus listrik dari luar, seperti baterai yang hanya mengalirkan arus listik searah (DC) (Suharsini, 2006 : 87).
         Menurut Arrhenius (tahun 1890) hantaran listrik larutan disebabkan oleh partikel bermuatan yang disebut ion. Ion positif tertarik ke katoda dan ion negatif ke anoda. Totalnya merupakan perpindahan muatan dari suatu kutub ke kututb lainnya. Oleh sebab itu listrik dapat mengalir dalam dua medium, yaitu logam dan larutan. Dalam logam, listrik dihantarkan oleh elektron (bermuatan negatif) yang bergerak sehingga disebut penghantar elektronik. Dalam larutan listrik dihantarkan oleh ion yang bergerak dan disebut penghantar elektrolit (Sukri, 1999 : 382).
          Dalam suatu sel elektrolisis, satu setengah reaksi berlangsung di satu komponen elektroda dan setengah reaksi lain berlangsung dikompartemen lain. Dengan cara ini proses reduksi dan oksidasi yang bertanggung jawab atas keseluruhan reaksi spontan dipisahkan ketika reaksi berlangsung electron yang dibebaskan pada setengah reaksi didalam satu kompartemen berjalan melalui sirkuit luar dan masuk sel melaluielektron lain. Elektroda tempat terjadinya oksidasi disebut anoda, elektroda tempat terjadinya reduksi disebut katoda. Jika reaksi spontan berlangsung pad asel gelvani, electron disendapkan pada satu electron (sisi oksidasi, anoda) dan diambil dari electron lain (sisi katoda) yaitu reduksi (Atkins, 1993:274-275).
C.     A            LAT DAN BAHAN
         Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut
1.      Alat yang digunakan yaitu :
·   Tabung U
·   Elektroda karbon
·   Power Supply
·   Tabung reaksi
2.      Bahan yang digunakan yaitu :
·   KI 0,25 M
·   FeCl3
·   Phenolptalin
·   CHCl3

KI 0,25 M
 
D.     PROSEDUR KERJA












 








Phenolptalin
 
                                    - ditambahkan                                     - ditambahkan






1 mL larutan CHCl3
 


 

-    dikocok dan diamati perubahan warna
 
2 mL FeCl3 0,1 M
 
                                    - ditambahkan


 


Persamaan reaksi
 
                                                                        - ditentukan


E.     HASIL PENGAMATAN
         a. Anoda
Sebelum pengamatan untuk sebelum ditambahkan larutan CHCl3, warnanya kuning dan setelah penambahan larutan CHCl3 dua warna lapisan yaitu kuning dan ungu.
Reaksi yang terjadi di anoda : 2 I- → I2 + 2e-
Keterangan:
1.   I2 bersifat polar
2.   CHCl3 bersifat semipolar
3.   Pada anoda larutan I2 setelah dicampurkan dengan CHCl3 maka larutan I2 terdistribusi dalam CHCl3 dimana massa jenis CHCl3 lebih besar sehingga CHCl3 berada dilapisan dasar tebung. Sedangkan I2 berada dilapisan atas.
b. Katoda
Sebelum penambahan larutan FeCl3 0,1 M tidak berubah warna dan terjadi gelembung gas. Setelah penambahan larutan FeCl3 terjadi perubahan warna yakni merah bata.
Reaksi yang terjadi di katoda : 2H2O + 2e- → 2OH- + H2
Keterangan:
1.   OH- bersifat basa
2.   OH- bereaksi dengan FeCl3, maka larutan menjadi merah bata
3.   OH- ditambahkan dengan phenolptalin maka larutan berubah menjadi warna merah jambu
Fungsi indicator pp yaitu untuk mengetahui sifat asam atau basa paa ruang katoda dan fungsi FeCl3 yaitu untuk mengetahui sifat kepolaran pada ruang katoda.

F.      PEMBAHASAN
Bila suatu larutan elektrolit atau lelehan garam diberikan arus listrik searah melalui elektroda maka terjadi peristiwa elektrolisis. Proses elektrolisis meliputi pendorongan arus listrik melalui sel sehingga menghasilkan perubahan kimia. Stoikiometri proses elektrolisis terdiri dari beberapa sel kimia yang terjadi dengan aliran arus yang diberikan selama waktu tertentu. Pada percobaan ini yang dielektrolisis adalaha larutan KI. Setelah melakukan langkah-langkah percobaan, dapat dilihat adanya perubahan baik pada ruang katoda maupun anoda. Pada ruang anoda perubahan di tandai dengan munculnya warna kuning dan setelah beberapa mililiter larutan dari ruang anoda ditambahkan CHCl3 ternyata terbentuk dua lapisan berwarna kuning dan ungu. Hal ini terjadi karena pada anoda yang teroksidasi adalah anion I- yang membentuk I2 dan menimbulkan warna kuning dan bersifat polar sehingga terpisah dengan larutan CHCl3 yang bersifat nonpolar. Reaksi yang terjadi pada anoda yaitu:
2l- → 2e + l2
Berbeda halnya dengan katoda. Pada katoda reaksi tidak ditandai dengan perubahan warna melainkan timbulnya gelembung-gelembung gas disekitar elektroda. Ketika beberapa tetes indikator phenolptalin terjadi perubahan warna menjadi merah jambu, hal ini menunjukan bahwa larutan dalam keadaaan suasana basa. Pada saat ditambahkan larutan FeCl3 perubahan warna menjadi merah bata. Katoda yang tereduksi bukan ion logam K (K+) melainkan air, hal ini terjadi karena K+ merupakan ion logam alkali yang harga Eo-nya lebih kecil daripada harga Eo air. Sehingga yang mengalami reduksi adalah air yang menyebabkan timbulnya gelembung gas (O2) serta ion OH- yang menyebabkan indicator phenolptalin berubah menjadi merah tua. Reaksi yang terjadi pada katoda yaitu:
2H2O + 2e → 2OH- + H2
G.     PENUTUP
1.      Kesimpulan
         Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a)      Pada elektrolisis, reaksi yang terjadi pada anoda adalah reaksi oksidasi sedangkan reaksi yang terjadi pada kaoda adalah reaksi reduksi.
b)      Elektrolisis KI reaksi pada:  anoda : 2I- → I2 + 2e-
   Katoda : 2 H2O + 2e- → 2 OH- + H2
2.      Saran
               Agar praktikan lebih aktif lagi dalam melakukan praktikum, sehingga tujuan dari praktikum itu sendiri dapat tercapai dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Atkins PW. 1993. Kimia Fisika Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Keenan, Charles W. 1984. Kimia untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Oxtoby, David W. dan Gillis, H.P. 2001. Kimia Modern. Erlangga. Jakarta.
Sukri S,. 1999. Kimia Dasar II. Institut Teknologi Bogor. Bandung
Suharsini, Maria. 2006. Kimia dan Kecakapan Hidup. Ganeca Exact. Bandung

laporan


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II
PERCOBAAN I
PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN



NAMA                                     : KAHARUDIN
STAMBUK                             : A1C110108
KELOMPOK                          : II
PROGRAM STUDI               : PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN                               : PENDIDIKAN MIPA
ASISTEN PEMBIMBING    : FITRIA KURNIA FAEDA

LABORATORIUM UNIT KIMIA
UPT LABORATORIUM DASAR PUSAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011

PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN

  1. Tujuan Percobaan
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat menentukan :
    1. Tetapan penurunan titik beku
    2. BM zat non volatil
  1. Kajian Teori
Titik beku larutan ialah temperature pada saat larutan setimbang degan pelarut padatnya. Larutan akan membeku pada temperature lebih rendah dari pelarutnya. Alat yang biasa dipakai untuk menetapkan ∆Tf ialah alat dari Beckman (Sukardjo, 2002).
Titik beku adalah suhu pada perpotongan garis tekanan tetap pada 1 atm dengan kurva peleburan. Sedangkan titik didih adalah suhu pada perpotongan garis tekanan tetap pada 1 atm dengan kurva penguapan. Penurunan titik beku dan peningkatan titik didih, sama seperti penurunan tekanan uap sebanding dengan konsentrasi fraksi molnya (Petruci, 1987).
Bila suatu zat terlarut yang tidak menguap dilarutkan suatu pelarut, titik beku pelarut berkurang. Berkurangnya ∆Tf ditentukan sebagai  jika ∆Tf tidak besar sekali dan larutan tersebut ideal. Dengan bantuan titik beku, kuantitas seperti bobot molekul zat terlarut, aktivitas dan koefisien aktivitas, konstanta seperti bobot molekul zat terlarut, aktivitas dan koefisien aktivitas, konstanta disosiasi dari elektrolit lemah dan vaktor Vant Hoff dapat ditentuan (Dogra, 1894).
Ada dua jenis sifat-sifat larutan yang sama, yaitu sifat-sifat larutan yang tergantung pada jenis dan kepekatan (konsentrasi) zat terlarut. Sedangkan sifat yang kedua adalah sifat yang tidak tergantung pada jenis zat terlarut namun hanya tergantung pada konsentrasi zat terlarut saja. Ini menandakan bahwa larutan yang memiliki konsentrasi saat akan memberikan sifat yang sama. Sifat larutan yang termasuk golongan ini disebut  sifat-sifat koligatif ( Purba, 1987 : 72).        
Jika zat terlarut bersifat tidak mudah menguap (nonvolatile, artinya tidak memiliki tekanan uap yang dapat diukur), tekanan uap dari larutan selalu lebih kecil dari pada pelarut murninya. Jadi hubungan antara tekanan uap larutan dan tekakan uap pelarut bergantung pada konsentrasi zat terlarut dalam larutan. Hubungan iotu dimasukkan dalam hukum Raoult (dari nama kimiawan Perancis Francois Raoult), yang menyatakan bahwa tekanan parsial pelarut dari larutan, Pp adalah tekanan uap pelarut murni, Pi˚ dikalikan fraksi mol pelarut dalam larutan, Xi = Pi = XiPi˚ (Chang, 2004 : 12).
  1. Alat dan Bahan
Adapun bahan yang kami gunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1)      Naftalena
2)      Asam cuka glacial
3)      Garam dapur
4)      Es
5)      Zat X
6)      Air
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1)      Thermometer
2)      Stopwatch
3)      Gelas kimia
4)      Pengaduk

D. Prosedur kerja
1.       Penurunan Titik Beku Asam Asetat Glasial
  


 



                                         - dimasukkan


 



                                         - dimasukan kedalam tabung gelas D


 



                                         - dimasukkan kedalam tabung gelas E yang
                                            berisi air es dan garam dapur
                                         - dicatat suhu setiap menit
Titik beku (Tf˚ )
 
                                         - diamati pelarutnya
                                        


1.      Penurunan Titik Beku Asam Asetat


 



                                                  - dimasukkan


 



                                                   - dimasukkan kedalam tabung gelas D


 



                                                   - dimasukkan kedalam tabung gelas E
                                                   - dicatat suhu setiap menit
Titik beku (Tf )
 
                                                   - diamati pelarutnya
2.      Penurunan BM Zat X



 



                                                   - dimasukkan kedalam tabung gelas B yang
                                                     berisi asam Asetat glacial dan naftalena


Tabung gelas B
 
 


                                                  
                                                   - dimasukkan kedalam tabung gelas D


 



                                                   - dimasukkan kedalam tabung gelas E
                                                   - dicatat suhu setiap menit
                                                   - diamati pelarutnya
Titik beku (Tf)
 
                                              


Titik beku (Tf˚ )
 
E. Hasil pengamatan
      1. penurunan titik beku Asam asetat glacial
                  Volume asam cuka      : 10 mL
                  Berat jenis asam cuka  : 1.06 g/mL
                  Berat asam cuka          : 10.6 g
Waktu/menit
2
5
7
10
15
20
30
Suhu (oC)
23
12
11
11
11
11
11
            Titik beku asam cuka Tfo = 11 oC
2. penurunan tetapan titik beku asam asatat glasial
      Berat naftalena            = 0.1 g
Waktu/menit
2
5
7
10
15
20
30
Suhu (oC)
10
9
8
8
8
8
8
      Titik beku larutan naftalena    = 8 oC
      ∆Tf  naftalena                          = 1 oC
      Karena ∆Tf = Tfo pelarut – Tfo larutan = 11 oC – 8 oC = 3 oC
3. penentuan BM zat X
      Volume asam cuka      = 10 mL
      Berat asam cuka          = 10.6 g/mL
      Berat zat X                  =  0.1 g
     
Waktu/menit
2
5
7
10
15
20
30
Suhu (oC)
9
9
9
8
7
5
5
      Titik beku larutan zat X                      = 5 oC
      Penurunan titik beku larutan X           = 6 oC
Maka untuk menentukan penurunan tetapan titik beku yaitu :
Dik:           massa larutan / pelarut asam asetat (p) = 10.6 g
                  Massa naftalena (g)     = 0.1 gram ; Mr = 128 g/mol
Sehingga :
                 
                   =  41.095
BM zat X yaitu :
        =  = 64.61 g/mol
F.      PEMBAHASAN
   Penurunan titik beku larutan merupakan turunnya titik beku larutan dari titik beku pelarutnya. Terjadi penurunan titik beku pada suatu larutan karena adanya penambahan zat terlarut nonvolatile ke dalam suatu pelarut. Keberadaan partikel-partikel zat terlarut menghalangi proses pengaturan molekul-molekul dalam pembentukan susunan kristal padat, sehinggga diperlukan suhu yang lebih rendah untuk mencapai susunan kristal padat dari fasa cairnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan titik beku (∆Tf) suatu larutan yang ke dalamnya ditambahkan zat terlarut.
Untuk menentukan tetapan penurunan titik beku, pertama-tama tentukan dulu ∆Tf yang diperoleh dengan rumus ∆Tf = Tfo pelarut – Tfo larutan . Titik beku asam cuka bewrdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh Tfo = 11 oC. pada awal pengukuran atau pada waktu 2 menit suhunya 23 oC dan pada waktu 7 menit suhu turun menjadi 11oC dan suhu ini tetap atau konstan pada waktu 30 menit kemudian. Jika suhu larutan tidak mengalami penurunan lagi atau suhunya konstan maka suhu tersebut dikatakan sebagai titik beku larutan dan untuk asam asetat glacial kali ini mempunyai titik beku (Tfopelarut) = 11 oC.
Tahap selanjutnya yaitu mencari Tfo larutan. Pada percobaan kali ini Tfo larutan adalah 8 oC. pada awal pengukuran atau pada waktu 2 menit suhunya 10 oC dan pada waktu 7 menit suhu turun menjadi 8 oC dan suhu ini tetap atau konstan pada waktu 30 menit kemudian sehingga titik beku larutan naftalen adalah 8 oC. Karena  Tfo pelarut dan Tfo larutan telah diketahui maka ∆Tf dapat diketahui yaitu 3 oC. Sehingga  tetapan penurunan titik beku dapat diketahui melalui persamaan dan tetapan penurunan titik bekunya adalah 41.095 dengan volume 10 mL, massa jenis asam cuka 1,06 g/mL, maka dapat diketahui berat asam cuka = massa jenis x volume = 1,06 x 10 = 10,6 g.
         Pada percobaan selanjutnya yaitu menentukan BM zat X, pertama-tama tentukan dulu ∆Tf yang diperoleh dengan rumus ∆Tf = Tfo pelarut – Tfo larutan . Pada penentuan titik beku asam cuka (Tf˚ ) dengan volume 10 mL, berat jenis asam cuka 1,06 g/mL dan berat zat X 0,1 gram diperoleh Tf larutan adalah 5 oC  dan Tf˚ pelarut kali ini telah diperoleh pada percobaan sebelumnya yaitu 11 oC sehingga ∆Tf adalah 6 oC.
Sehingga BM zat X dapat ditentukan dengan persamaan  dengan tetapan yang telah diketahui yaitu 41.095 maka BM zat X adalah 64.61 g/mol
G.     PENUTUP
1.      Kesimpulan
               Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu :
1.      Tetapan penurunan titik beku molal larutan (Kf) dapat ditentukan dengan melakukan percobaan dan persamaan yang digunakan adalah  
2.      BM menunjukkan banyaknya zat dalam gram tiap mol zat tersebut yang dapat ditentukan melalui proses perhitungan yaitu .
2.      Saran
Agar praktikan lebih aktif lagi dalam melakukan percobaan sehingga tujuan dari praktikum dapat dicapai dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Erlangga. Jakarta.

Dogra, SK dan S Dogra. 1984. Kimia Fisik dan Soal-soal. UI-Press. Jakarta.

Petruci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga. Jakarta.

Purba, Michael. 1987. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta

Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Rineka Cipta.Yogyakarta.